Perkembangan ilmu pengetahuan dari masa ke masa semakin pesat, dengan didukung oleh kemajuan teknologi informasi dewasa ini memberikan dampak positif bagi kemajuan ilmu pengetahuan, demikian pula dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang menitikberatkan pada pertanian khususnya atau agrokomplek pada umumnya. Namun jika kita pelajari lebih lanjut lagi ada perbedaan yang sangat mencolok antara bidang pertanian pangan, hortikultura,dengan bidang perkebunan. Perkembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan hortikultura dan bidang pertanian lebih maju dibandingkan perkembangan pengetahuan di bidang perkebunan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa sangat minimnya penggunaan pupuk mikro dan minimnya pemberian unsur hara esensial lainnya di perkebunan, terutama di perkebunan kelapa sawit. Pemahaman yang kurang tepat tentang pemenuhan kebutuhan hara bagi tanaman menyebabkan adanya ketidakseimbangan penggunaan pupuk hara makro di bandingkan hara mikro. Program pemupukan di perkebunan kelapa sawit menunjukan penggunaan pupuk mikro masih sangat minim bahkan masih dianggap tidak terlalu penting dibandingkan dengan penggunaan pupuk makro. Berdasarkan hal tersebut diatas tulisan ini bertujuan memberi informasi serta pemahaman yang benar berdasarkan ilmu kesuburan tanaman.
DEFINISI PERTUMBUHAN TANAMAN
Pertumbuhan tanaman adalah suatu proses perubahan yang sangat kompleks yang dipengaruhi faktor internal maupun faktor eksternal. Secara sederhana pertumbuhan tanaman dapat didefinisikan suatu proses vital yang menyebabkan perubahan baik merupakan perubahan ukuran, bentuk, berat dan volume. Pertumbuhan tanaman setidaknya terdiri atas beberapa fase, diantaranya yaitu : Pembentukan sel, perpanjangan dan pembesaran sel, diferensial sel. Semua fase dan proses pertumbuhan tanaman dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor pertumbuhan.
FAKTOR FAKTOR PERTUMBUHAN TANAMAN
1. FAKTOR GENETIS
Faktor genetis merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan maupun pertumbuhan tanaman. Sifat-sifat unggul maupun sifat sebaliknya umumnya diturunkan dari generasi sebelumnya, namun sifat-sifat unggul akan terganggu atau tidak muncul jika ada faktor eksternal yang dominan sehingga mempengaruhi kondisi perkembangan tanaman, misalnya faktor ketersedian air atau suhu ekstrim.
2. KETERSEDIAAN UNSUR HARA
Ketersediaan unsur hara/ makanan yang dibutuhkan oleh tanaman juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan maupun pertumbuhan tanaman. Ketersediaan hara tidak hanya meliputi jumlah saja, namun juga meliputi komposisi unsur hara yang tersedia didalam tanah maupun unsur hara yang berasal dari luar yaitu berupa pemberian pupuk hara makro maupun mikro.
3. KETERSEDIAAN AIR
Air merupakan syarat utama terjadinya metabolisme pada kegiatan seluruh mahluk hidup, ketidaksediaan air akan direspon oleh tanaman dengan secara visual, yaitu warna daun akan menguning dan pada sebagian tanaman tahunan akan merespon dengan cara menggugurkan daun untuk bertahap hidup, proses pembentukan daun, bunga, tunas maupun buah akan terganggu jika tanaman mengalami kekurangan air.
4. CAHAYA MATAHARI
Cahaya matahari memegang peranan yang vital untuk kelangsungan fisiologis tanaman, terutama fotosintesis, respirasi dan transpirasi tanaman. Keberlangsungan fotosintesis berkolerasi positif dengan keberadaan stomata, jika intensitas cahaya meningkat, jumlah stomatapun cenderung meningkat, tetapi peningkatan tersebut lebih dikarenakan semakin kecilnya ukuran sel-sel efidermis sehingga jarak antar stomata lebih dekat.
5. SUHU UDARA
Suhu udara merupakan faktor lingkungan yang cukup mempengaruhi fisiologis tanaman. Suhu udara akan mempengaruhi kandungan air pada tubuh tanaman. Secara umum kisaran suhu untuk dapat terjadinya proses pertumbuhan antara 4 derajat celcius dan suhu optimumnya antara 28 derajat hingga 33 derajat celcius.
6. OKSIGEN
Oksigen dibutuhkan untuk proses respirasi tanaman guna menghasilkan energi untuk proses pertumbuhan tanaman.
7. HORMON PERTUMBUHAN
Hormon pertumbuhan merupakan senyawa-senyawa dalam jumlah yang kecil yang turut mengatur proses pertumbuhan. Umumnya hormon pertumbuhan yang dikenal saat ini adalah hormon auxin, giberelin dan sitokinin. Hormon auxin berfungsi mematahkan dormansi biji dan merangsang proses perkecambahan biji, dan juga merangsang dan mempertinggi prosentase timbulnya bunga dan buah. Hormon giberelin merangsang pertumbuhan tanaman sehingga tanaman terhindar dari kerdil, hormon giberelin juga memacu proses perkecambahan biji, salah satu efek hormon giberelin adalah mendorong terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase, dimana enzim tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah radicula ( AKAR ) yang akan mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi pertumbuhan/ perkecambahan biji berkecambah. Berdasarkan pengetahuan diatas semestinya dapat dijadikan sebagai acuan dalam menyusun pelaksanaan program pemupukan di perkebunan kelapa sawit, namun sangat disayangkan pelaku utama yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit tidak memperhatikan hal tersebut, hal ini dapat diketahui dengan melihat sebagian program pemupukan lebih di dominasi hanya menitikberatkan pada penyediaan unsur hara makro saja, yang ternyata aplikasi pemupukan makro yang terus menerus dan berlebihan menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan. Penggunaan pupuk organik sebagai penyeimbang dan sebagai salahsatu solusi dalam meminimalkan terjadinya kerusakan lingkungan saat ini masih sangat minim digunakan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit.
0 Response to "PROGRAM PEMUPUKAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT"
Posting Komentar
berkomentarlah dengan bijak dan sesuai materi artikel yang di unggah | tidak terima spam