PENGENDALI HAMA ALAMI METARHIZIUM
Untuk menanggulangi kumbang ini berbagai upaya pengendalian telah dilakukan, baik secara fisik mekanik, kimia maupun secara biologi. Salah satu agensia pengendalian hayati yang digunakan adalah M. anisopliae (Green muscardine fungi). Selain itu juga bisa digunakan untuk mengendalikan wereng yang menyerang pada tanaman padi.
Penggunaan cendawan M.anisopliae ini sangat efektif menekan larva O.rhinoceros yang sudah terinfeksi maupun dengan media buatan dari jagung, beras dan gandum (Wikardi,1984).
Kemampuan cendawan Metarrhizium anisopliae dalam menginfeksi O.rhinoceros tergantung pada kualitas cendawan tersebut, yang meliputi jumlah sporanya (sporulasi), viabilitas dan patogenisitasnya (Gabriel, 1989). Kualitas cendawan akan mempengaruhi kehidupan larva O.rhinoceros, karena semakin baik kualitas cendawan maka larva yang terinfeksi akan semakin cepat mati.
Mekanisme Kerja Metarhizium anisopliae
Ellyda (1982) memberikan contoh dengan menaburkan Metarhizium anisopliae secara merata pada sarang O.rhinoceros dengan kedalaman 25-30 cm sebanyak 15-20 gr/m2 ternyata dapat mematikan larva O.rhinoceros sebanyak 52%.
Dalam hal ini kontak langsung antara konidia dengan tubuh memegang peranan dalam penularan, karena menghasilkan patogenisitas terbanyak adalah dengan kontak langsung (Zelazny, 1988). Bila larva memakan ransum yang dicampur dengan M.anisopliae (Sungkowo,1985), M.anisopliae terbukti cukup aman terhadap hewan yaitu, tikus sehingga aman untuk digunakan dalam pengendalian hama secara mikrobiologi (gabriel dan riyatno,1989)
Roberts (1981) menyatakan bahwa perkembangan penyakit akibat serangan M.anisopliae pada serangga dapat dibagi dalam sembilan tahap:
- Penempelan bagian infektif yaitu konidia pada kutikula serangga.
- Perkecambahan konidia pada kutikula.
- Penetrasi tabung kecambah atau apresorium ke dalam kutikula.
- Perbanyakan hifa pada haemocoel.
- Produksi toksin yang dapat merusak struktur membran sel.
- Kematian inang.
- Pertumbuhan dalam fase miselium ke seluruh organ tubuh serangga.
- Penetrasi hifa dari kutikula keluar tubuh serangga.
- Produksi bagian infektif (konidia) diluar tubuh serangga.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan M.anisopliae sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan antara lain suhu, sinar matahari, pH dan kelembaban (Soenardi,1978)
Suhu dan kelembaban sangat mempengaruhi pertumbuhan jamur. Terutama untuk pertumbuhan dan perkecambahan konidia serta patogenesitasnya. Batasnya suhu untuk pertumbuhan jamur antara 5-35 derajat C, pertumbuhan optimal terjaadi pada suhu 23-25 derajat C. Konidia akan tumbuh dengan baik dan maksimum pada kelembaban 80-92% (Burges dan Hussey 1971)
Perkembangan konidia jamur M.anisopliae dapat terhambat apabila terkena sinar matahari secara langsung. Konidia tidak akan mampu berkecambah apabila terkena sinar matahari secara langsung selama satu minggu, sedangkan konidia yang terlindungi dari sinar matahari mempunyai viabilitas yang tinggi meskipun disimpan lebih dari tiga minggu (Storey dan garner, 1988). Pada suhu 9 derajat C konidia yang disimpan pada kondisi gelap selama 3-5 hari masih mampu berkecanbah 90%, sedangkan pada keadaan terang hanya 50% (Clerk dan Madelin dalam Wiryadiputra, 1985).
Dalam beberapa penelitian pH media berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur metarhizium. Tingkat pH yang sesuai berkisar antara 3,3-8,5, sedangkan pertumbuhan optimal terjadi pada pH 6,5 (Burges, 1981)
Dalam beberapa penelitian pH media berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur metarhizium. Tingkat pH yang sesuai berkisar antara 3,3-8,5, sedangkan pertumbuhan optimal terjadi pada pH 6,5 (Burges, 1981)
0 Response to "PENGENDALI HAMA ALAMI METARHIZIUM"
Posting Komentar
berkomentarlah dengan bijak dan sesuai materi artikel yang di unggah | tidak terima spam